Puzzle Lukisan Hati

Bismillaah, 🙂

Selamat malam, Syahdu …

Semoga selalu dalam lindungan Rabb, ya? Aamiin.

Mungkin kau belum mengerti, siapapun yang dihadirkan Rabb ke kehidupanku, akan kutulis apa-apa yang ada pada dirinya, di sini. E-diary yang aku tak peduli siapa saja yang akan membacanya.

Syahdu … Aku suka namamu. Boleh ya aku memanggilmu begitu. Ah itu terserah apa kataku. Apa pedulimu padaku. Tidak boleh ada yang memanggil seperti itu ya! Ingat itu.

Aku ingin berbicara …

Tapi belum mampu.

Jadi, kutulis saja, di sini …

Seperti ini ya, godaannya, seperti ini cobaannya, sampai mataku tiba-tiba mengembun, kemudian merembes, basah.

Syahdu, aku …

Ah, tidak seharusnya aku mengatakan ini padamu. Terlalu dini.

Baik, kuceritakan mimpiku semalam. Aku menerima dua undangan pernikahan, satu dari orang lain yang entah, dan satu lagi darimu. Darimu … Entah dengan siapa. Apa ini hanya kekhawatiranku saja, sampai-sampai terbawa mimpi?

Dan kau juga begitu kan, Syahdu? Kau mimpi aku bersama laki-laki lain, dan hati memang tak bisa menahan cemburu. Apa itu juga kekhawatiranmu?

Ah tidak tidak, maafkan aku. Aku tidak berharap banyak padamu. Hanya kepada Tuhan saja, cukup.

Jika itu memang hanya sebuah kekhawatiran, kamu dan aku harus bisa melawan! Itu mudah saja, kan? Kau mengerti maksudku bukan. Hanya satu kuncinya! Saling percaya.

Ini seperti puzzle yang benar-benar sulit untuk disatukan membentuk sebuah rasa yang utuh.

Tetap yakin pada Rabb ya, Syahdu.

Aku …

Ah tidak tidak, hampir saja aku kelepasan lagi.

Aku hanya  ingin mengingatkan, agar kau tidak lupa membaca doa sebelum tidur. Sudah, itu saja.

Selamat tidur, Syahdu … Mimpi indah …

Allaah melindungimu di setiap detak jantungmu.

Yang menyayangimu,

🙂

Tinggalkan komentar